Bahasa Dagang

Sambas, Ahad, 10 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN 

Admin sengaja membuka lembar-lembar buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe (ejaan sekarang Kitab Logat Melayu) dengan pengarangnya Ch. A. Van Ophuijsen dicetak di Weltevreden (sekarang : sekitar Daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat) bertahun 1929, yang berisikan istilah-istilah Melayu asal, yang nantinya menjadi dasar pijakan bagi Bahasa Indonesia. Di buku ini selain banyak istilah-istilah yang masih digunakan oleh kita sehari-hari, akan tetapi banyak pula istilah-istilah Melayu yang sudah hilang ditelan zaman, tetapi berhak untuk kita lestarikan.

Kalau kita berbicara dengan yang sudah "mbah-mbah" (kakek-nenek) atau orang-orang yang sekitar berumur 50 tahunan ke atas di kampung-kampung di Jawa, mereka masih mengistilahkan Bahasa Indonesia dengan istilah "coro melayu", maksudnya bahasa melayu, dan ini memang istilah yang dipakai oleh bahasa Jawa untuk menyebutkan istilah Bahasa Indonesia. Banyak pula di antara mereka yang sama sekali tidak mengerti dengan "coro melayu", maksudnya bahasa Indonesia ini.

Kalau di negeri Sambas "tempo doeloe", bahasa Melayu dibagi dua : 

Pertama : Bahasa Melayu Sambas sebagai salah satu cabang atau salah satu dialek dari bahasa Melayu. Ia punya ciri khas yaitu bunyi akhir kalimat yang meskipun ditulis A tetapi dibaca E, misal : kata dibaca kate, raja di baca raje, dan sebagainya. Sebagai perbandingan dengan bunyi dalam Bahasa Arab adalah kurang lebih bunyinya semacam hukum imalah dalam ilmu Tajwid/Bahasa Arab, seperti kata Majroha yang dibaca Majreha di dalam ayat بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَاإِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (perintah Nabi Nuh untuk membaca kalimat ini kepada kaumnya dan pasangan binatang yang ikut Beliau dalam perahu untuk bisa selamat dari banjir bandang yang menimpa bumi saat itu, lihat QS. Hud : 41). Bahasa Melayu Sambas ini adalah bahasa sehari-hari yang dipakai oleh warga asli Sambas, atau orang-orang pendatang yang sudah menyatu kulturnya dengan penduduk asli.


Kedua : Bahasa Dagang. Ia adalah bahasa Melayu baku, seperti yang diadopsi dan dirubah namanya menjadi Bahasa Indonesia sekarang ini. Ia bercirikan khas bunyi akhir kalimat yang bervokal A (ditulis latin A dibaca A juga). Orang-orang di negeri Sambas tempo dulu mengistilahkannya sebagai Bahasa Dagang, maksudnya bahasa yang dipakai oleh orang-orang yang berbilang bangsa dan suku untuk berinteraksi dalam perdagangan dan lain-lain hubungan sosial mereka. 


Jadi Bahasa Dagang ini menjadi bahasa persatuan mereka saat itu, yang harus diketahui oleh setiap orang yang ingin bertinteraksi antara orang-orang Sambas asli dengan orang-orang pendatang selain orang Sambas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar