Bahasa Dagang

Sambas, Ahad, 10 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN 

Admin sengaja membuka lembar-lembar buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe (ejaan sekarang Kitab Logat Melayu) dengan pengarangnya Ch. A. Van Ophuijsen dicetak di Weltevreden (sekarang : sekitar Daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat) bertahun 1929, yang berisikan istilah-istilah Melayu asal, yang nantinya menjadi dasar pijakan bagi Bahasa Indonesia. Di buku ini selain banyak istilah-istilah yang masih digunakan oleh kita sehari-hari, akan tetapi banyak pula istilah-istilah Melayu yang sudah hilang ditelan zaman, tetapi berhak untuk kita lestarikan.

Kalau kita berbicara dengan yang sudah "mbah-mbah" (kakek-nenek) atau orang-orang yang sekitar berumur 50 tahunan ke atas di kampung-kampung di Jawa, mereka masih mengistilahkan Bahasa Indonesia dengan istilah "coro melayu", maksudnya bahasa melayu, dan ini memang istilah yang dipakai oleh bahasa Jawa untuk menyebutkan istilah Bahasa Indonesia. Banyak pula di antara mereka yang sama sekali tidak mengerti dengan "coro melayu", maksudnya bahasa Indonesia ini.

Kalau di negeri Sambas "tempo doeloe", bahasa Melayu dibagi dua : 

Pertama : Bahasa Melayu Sambas sebagai salah satu cabang atau salah satu dialek dari bahasa Melayu. Ia punya ciri khas yaitu bunyi akhir kalimat yang meskipun ditulis A tetapi dibaca E, misal : kata dibaca kate, raja di baca raje, dan sebagainya. Sebagai perbandingan dengan bunyi dalam Bahasa Arab adalah kurang lebih bunyinya semacam hukum imalah dalam ilmu Tajwid/Bahasa Arab, seperti kata Majroha yang dibaca Majreha di dalam ayat بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَاإِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (perintah Nabi Nuh untuk membaca kalimat ini kepada kaumnya dan pasangan binatang yang ikut Beliau dalam perahu untuk bisa selamat dari banjir bandang yang menimpa bumi saat itu, lihat QS. Hud : 41). Bahasa Melayu Sambas ini adalah bahasa sehari-hari yang dipakai oleh warga asli Sambas, atau orang-orang pendatang yang sudah menyatu kulturnya dengan penduduk asli.


Kedua : Bahasa Dagang. Ia adalah bahasa Melayu baku, seperti yang diadopsi dan dirubah namanya menjadi Bahasa Indonesia sekarang ini. Ia bercirikan khas bunyi akhir kalimat yang bervokal A (ditulis latin A dibaca A juga). Orang-orang di negeri Sambas tempo dulu mengistilahkannya sebagai Bahasa Dagang, maksudnya bahasa yang dipakai oleh orang-orang yang berbilang bangsa dan suku untuk berinteraksi dalam perdagangan dan lain-lain hubungan sosial mereka. 


Jadi Bahasa Dagang ini menjadi bahasa persatuan mereka saat itu, yang harus diketahui oleh setiap orang yang ingin bertinteraksi antara orang-orang Sambas asli dengan orang-orang pendatang selain orang Sambas. 

KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Bahasa Dagang

Aku ingin seperti mereka yang tak ada duka

Sambas, Rabu, 6 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN

Sang surya t'rus bersinar,
terangi jagad raya.
Tak 'kan pernah pudar.

Dan tumbuhan pun mekar,
menyambut sinar surya.
Akan s'lalu segar.

Aku ingin diriku,
seperti mereka,
tak pernah ada duka.

Oh Raja.
Berikan 'ku nafas yang baru,
untukku jalani dunia,
hilangkan jenuh jiwa.
Tunjukkan 'ku jalan terbaik,
untukku menuju surga.
Ku 'kan bahagia selamanya di sana.

Dan hewan pun bernyanyi,
mentasbihkan Sang Raja.
Tak 'kan pernah sunyi.

Aku ingin diriku,
seperti mereka,
tak pernah ada duka.
KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Aku ingin seperti mereka yang tak ada duka

Debat Antara Laut dan Sungai

Sambas, Selasa, 5 Februari 2013
Diceriterakan kembali oleh SAMBAS INDEPENDEN 

Sungai, semula turun dari puncak gunung-gunung yang tinggi. Lalu ia mengumpulkan airnya dari air-air terjun, mata-mata air, salju-salju yang bertumpuk, dan dari danau-danau yang tersebar di sana. Selanjutnya ia akan terus mengalir dari lereng ke lereng, dari lembah ke lembah, sehingga tibalah ia di laut yang luas setelah melalui perjalanan yang panjang dan kepayahan yang tidak sedikit jumlahnya. Ia lalu mengalir memasuki laut dengan sederas-derasnya.

Sungai pun berkata kepada laut yang terkesan angkuh dan sombong dengan kebesarannnya itu, ketika dia mendekat dan semakin mendekat kepadanya (di muara), " Hai Engkau laut yang luas, Engkau senantiasa sehat wal afiat selalu. Dan hidupmu penuh dengan kenikmatan yang memuaskan. Duhai Engkau wahai laut, Engkau itu adalah garam yang rasanya 'pahit', dan Engkau pula senantiasa dalam kemarahan yang bergejolak, tentu kalau begitu Engkau tiada berguna sama sekali. Namun sebenarnya Engkau itu, tidaklah bergerak kecuali ada angin yang menghembusmu. Dan sungguh aku tidak melihat Engkau bermanfaat sedikitpun di dunia maupun di akhirat."

Kemudian laut menjawab dengan penuh kemarahan.
"Celaka Engkau wahai sungai, tidakkah Engkau tahu kadar dirimu sendiri, dan tidakkah Engkau dapatkan satu perkara saja yang bermanfaat yang ada dalam wujudmu itu, wahai aliran kecil yang punya panjang tapi tak punya lebar. Wahai yang seandainya aku mau, niscaya aku akan benar-benar menghilangkanmu, dan menghapuskanmu dari wujudmu itu ? "

Keduanya lalu terdiam sesaat (sambil tafakkur akan kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya).

Sungai lantas berkata, " Tenanglah Engkau, dan merendahlah Engkau dari segala kesombongan dan kecongkakanmu ! Sejak kapan neraca-neraca itu rusak sehingga ukuran keutamaan hanya berdasarkan ukuran besar saja ? Dan kira-kira apa manfaat dari bentukmu yang besar, dan luas permukaanmu yang sangat panjang dan sangat lebar itu ? Ini dia air asinmu, dan ini dia tingkah polahmu yang tak baik itu. 

Coba Engkau lihat aku ini ! Betapa tawarnya airku yang sungguh segar dan melegakan. Dan betapa unggulnya aliran airku, sehingga menjadi pemandangan yang amat indah. Semua manusia menimba air dari sumber-sumber airku. Duhai, betapa banyak aku telah mampu menghilangkan dahaganya orang-orang yang dahaga, dan betapa banyak pula aku telah mampu mengenyangkan orang-orang yang lapar. ....  "

Maka laut pun kebingungan mendengar apa yang dikatakan oleh sungai. Lantas dia berkata, " Tidakkah Engkau tahu bahwa akulah sebenarnya yang memberimu dan menyuplaymu air, yaitu ketika bernaikan ke atas uap-uap air dari keluasanku ini. Kemudian anginpun membawa uap-uap air itu menjadi awan-awan, kemudian awan-awan akan melemparkan hujan, dan hujan itu pun tercurah ke atas air-air terjun dan sungai-sungai sepertimu. Maka sungguh Engkau itu telah ingkar lagi tidak berterima kasih dengan segala nikmat yang ada padamu. Sungguh, sekiranya aku tahan saja air dan hujan untukmu, niscaya akan tamatlah riwayatmu. "

Maka dengan segala kecerdasan yang dimiliki oleh sungai, dia pun tersernyum mendengar apa yang dijawab oleh laut. Kemudian dia berkata, " Engkau itu bukanlah sumber, bukanlah asal-muasal air yang ada pada kami ini. Tetapi semuanya hanya dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa. Apakah Engkau lupa bahwa Dia lah pula yang menciptakan matahari, dan selanjutnya panasnyalah yang menjadikan air itu menguap, lalu naik ke atas menuju langit. Kalaulah seandainya segala perkara tadi sepenuhnya ada di tanganmu, tentu kami akan mendapatkan air darimu dengan sekali curahan saja. Namun, ala kulli hal, kami bangga, air yang telah Engkau berikan kepada kami, serta-merta kami mengembalikannya kepadamu dengan air yang deras mengalir, dan bukan dengan sekadar uap air seperti yang Engkau berikan dulu."

Sungai pun mengakhiri perkataannya kepada laut yang sedang mabuk itu -mabuk yang sangat sulit untuk kembali sadar-, laut yang akan senantiasa sepanjang masa dalam keadaan congkak, angkuh, dan sombong, padahal dirinya sebenarnya bukanlah apa-apa. Sungai pun berkata, "Akan tetapi airku, meski sebanyak apapun ia mengalirimu, tidak akan pernah cukup untuk merubahmu menjadi tawar apalagi menjadi manis. Dan akan tetaplah terus sepanjang masa, keadaan airmu yang asin lagi pahit rasanya itu."

(diterjemahkan oleh SAMBAS INDEPENDEN dengan beberapa editing tanpa merubah tujuan dan makna dari kitab at-Ta'bir jilid III, King Saud University, tahun 1993)
KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Debat Antara Laut dan Sungai

Help

Sambas, Ahad, 3 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN

Alhamdulillah, telah berlalu satu bulan lamanya sejak postingan pertama dari SAMBAS INDEPENDEN. Pengunjung telah pula ada sedikit peningkatan. Sampai pada hari ini sudah lebih dari 600 kali baca dalam hitungan sebulan lamanya.

Sedikit progress (kemajuan) dalam tampilan blogspot, setelah membaca beberapa tutorial tentang read more  -baca selengkapnya- untuk blogspot, admin bisa merampingkan tampilan menjadi lebih minimalis. Selanjutnya kami mohon komentar dan bantuan dari teman-teman pembaca, siapa saja yang bisa membantu menyempurnakan tampilan dan gadget apa saja yang mesti ditambahkan dalam blogspot supaya membuat blogspot lebih menarik untuk dibaca.

Atas segala bantuannya kami ucapkan terima kasih.
KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Help

Perkara-perkara Karena Sapi (Bagian I)

Sambas, Ahad, 3 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN

Sapi oh sapi, kenapa tentang mu saja manusia banyak yang melakukan perkara yang tidak-tidak ? Dulu, pernah kau sibukkan bani Israil untuk mencarimu (ingat tentang kisah al-Baqarah/sapi betina), dan sekarang di negeri kami ini, banyak manusia yang repot dan jadi khilaf bersikap dalam rangka mencarimu karena kelangkaanmu itu. 

Begitu lah kiranya ungkapan kalbu tentang ceritera sapi yang sedang bikin heboh kita dewasa ini. 

Mulai dari berita kelangkaan sapi di Indonesia, selanjutnya heboh bakso daging babi sebagai pengganti bakso daging sapi. Dan yang paling mutakhir adalah berita tentang Perkara Karena Sapi, maksudnya ada seorang elite dari suatu partai politik yang diperkarakan karena urusan sangkaan korupsi impor daging sapi. Semua berita tentang hal tersebut berturut-turut sedang "naik daun", menghiasi media cetak dan elektronik akhir-akhir ini. 

Pada artikel kali ini, admin sama sekali tak akan membahas perkara terakhir, yakni Perkara Karena Sapi yang mengarah pada sudut pandang politik praktis. Entah itu masalah tudingan tentang adanya konspirasi -persekongkolan untuk menjatuhkan- suatu partai politik tertentu. Atau kah memang sama sekali tidak ada konspirasi, dalam artian ini memang murni (masih tersangka) sebagai sebuah kekeliruan orang per orang.

Kita tidak akan tertarik bicara politik praktis tentang hal ini, karena suatu partai politik yang merasa sedang "dizhalimi", merasa sedang di-konspirasi, mestilah mereka telah berbenah diri secara internal maupun eksternal. 

Kita tidak pula bicara hukum di sini, karena  ianya sudah masuk ranah hukum yang ada di negeri ini.  Biarkanlah hukum -positif- (baca : hukum yang asalnya adalah khazanah kolonial Belanda) yang dianut oleh Negara Indonesia yang menyelesaikan perkaranya. Dan orang per orang yang dikira punya keterlibatan, seandainya dia merasa tidak bersalah, haruslah bisa membuktikan ke-tidakbersalahan-nya. Sebaliknya jika memang telah keliru dan bersalah, segera lah bertaubat kepada Yang Maha Kuasa, dan meminta maaf secara terbuka kepada rakyat, karena toh yang di-sunat adalah uang rakyat.

Pada artikel ini kita sedikit akan berbicara akar permasalahannya, yaitu masalah kelangkaan daging sapi. Yakni sebuah pandangan tentang pengelolaan peternakan sebagai sebuah solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah kelangkaan dan kekurangan daging sapi di negeri ini.

Pertanyaan sederhana, kenapa negeri kita harus menghadapi sebuah situasi dimana daging-daging sapi menjadi langka dan kurang ?  Tanah kita ini, bukankah ia teramat luas, dan rumput sebagai qut -makanan pokok- bagi sapi amat banyak di negeri ini. Seandainya kita malas sekalipun, kita tak perlu lagi sibuk untuk menanamnya untuk sekedar memberi sapi-sapi kita makan. 

Berkaca dari New Zealand

Coba bandingkan Indonesia dengan New Zealand (Selandia Baru), sama-sama negara kepulauan yang terletak di bagian bagian barat daya Lautan Teduh -Samudera Pasifik-. Menurut "mas" Wikipedia, luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km², sedangkan Selandia Baru adalah 268.021 km². Berarti luas daratan Indonesia lebih dari tujuh kali lipat dibanding luas daratan Selandia Baru.



Dalam link berikut, ada sedikit gambaran tentang pengelolaan sistem peternakan di sana http://koranpdhi.com/buletin-edisi4/edisi4-nz.htm

Dalam link di atas ada beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.  Kesan bahwa New Zealand adalah negara peternakan atau peternakan yang dikelola oleh negara. 
2. Hampir semua peternakan sapi perah di sana menggunakan model ranch, padang rumput. Sapi dilepas di paddock-paddock (semacam areal rumput tertentu). Sumber makanan utamanya adalah rumput yang tumbuh di paddock tersebut.
3. Pergiliran paddock yang akan digunakan juga sangat menentukan pengelolaan peternakan sapi perah. Berapa luas masing-masing paddock dan setiap berapa hari sekali ternak harus digilir ke paddock berikutnya merupakan salah satu kunci pengelolaan sapi perah agar daya dukung padang rumput bisa efisien.
4. Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan padang gembalaan sebagai sistem peternakan sapi perah. Pertama dari sisi alamiah sapi sebagai herbivora yang makanan utamanya rumput, sapi mendapatkan lingkungan dan pakan yang sesuai dengan nature-nya. Kedua dari sisi peternak, mereka tidak membutuhkan banyak tenaga kerja untuk merawat sapi dan lingkungannya. Ketiga, dan yang utama adalah bahwa peternak bisa menekan biaya untuk pakan.
5. Kunci dari berkembangnya peternakan sapi perah di New Zealand adalah dari sisi efisiensinya. Salah satunya adalah dengan kemampuan menekan biaya pakan. Padang gembalaan adalah caranya. Sehingga dengan efisiensi negara sekecil New Zealand, bisa menjadi pemain kunci dalam industri agribisnis khususnya dalam persusuan global (memainkan 31% dari total perdagangan susu dunia).
6. Peran dokter hewan sangat besar dalam perkembangan industri persusuan, meskipun hanya ada satu Fakultas Kedokteran Hewan di New Zealand yaitu di Massey University, dan lulusan yang dihasilkan hanya 50 orang pertahun.

Menurut sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Selandia_Baru#Perdagangan , sampai bulan Juni 2009, hasil susu mencapai 21 persen (US$ 9,1 miliar) dari total ekspor, dan perusahaan terbesar di negara ini, Fonterra, memegang kendali hampir sepertiga perdagangan susu internasional. Ekspor pertanian lainnya pada tahun 2009 adalah daging sebesar 13,2 persen, wol sebesar 6,3 persen, buah-buahan sebesar 3,5 persen dan perikanan sebesar 3,3 persen.. 

Menurut hemat admin, meskipun di sana yang dikembangkan banyak sapi perah penghasil susu sehingga memegang prosentase yang cukup signifikan (berarti) dalam ekspor mereka, lagi pula masih mengandalkan sistem gembala; namun lebih jauh dari pada itu semua, sebenarnya kita dapat berkaca dari mereka, tentang prinsip efisiensi dalam pengelolaan sistem peternakan di sana, sehingga dapat menjadi solusi dari permasalahan kelangkaan daging sapi yang terjadi akhir-akhir ini di negeri ini.

Kabupaten Sambas pun, yang memiliki luas wilayah 6.395,70  km², kalau benar-benar dioptimalkan pengelolaannya, bisa memberikan sumbangsih untuk mengatasi kelangkaan daging sapi. Admin teringat hal ini ketika dulu pernah bermalam di Pantai Selimpai Paloh, dimana banyak sapi-sapi yang notabene hidup liar di sana.

Sambas tak usah terlalu berpikir jauh-jauh tentang pertanian atau perkebunan ini-itu yang butuh pemikiran dan keahlian yang "njelimet dan mumet", meskipun itu ada baiknya. Namun untuk daerah-daerah yang terlantar, dalam artian tak ada lagi hutannya, sebaiknya dimanfaatkan untuk beternak sapi atau kambing saja. Caranya rakyat diminta kompak untuk bikin kelompok ternak, lalu diminta tanam rumput saja, selanjutnya mereka dibantu pengadaan bibit sapi unggul, seperti peranakan ongole (PO), limousin, atau minimalnya sapi Madura sajalah, pengadaan dengan skala yang lebih besar dari biasanya

Selanjutnya untuk mendukung itu semua mereka dibina. Untuk jangka pendek, hadirkanlah tenaga-tenaga berpengalaman dari daerah lain seperti Jawa untuk membina kelompok ternak itu. Sambil jangka panjang, mengirim pemuda cerdas, berbakat dan minat terhadap ilmu peternakan untuk kuliah ke luar Sambas, belajar di sana untuk menjadi ahli-ahli peternakan, dan juga dokter-dokter hewan, yang kelak mereka akan kembali di kampung halaman mereka membina masyarakat dalam bidang peternakan.

Secara potensi, Pemerintah Daerah pun sebenarnya bisa membangun BUMD peternakan untuk mengakomodir itu, dengan meminta dukungan penuh dari Menteri Negara BUMN.

Dan ternak yang dapat dikembangkan bukan hanya sapi saja, tetapi juga bisa kambing atau domba.

Kita jadi teringat bahwa Nabi-nabi dahulu, rata-rata profesi mereka adalah pernah jadi seorang penggembala yaitu tepatnya penggembala kambing.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ  . فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ ؟ فَقَالَ : نَعَمْ , كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu : Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Tidak lah Allah mengutus seorang Nabi melainkan ia adalah menggembala kambing."
Para shahabat pun bertanya, "Dan engkau juga ?"
Jawab Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, "Ya, dulu aku pernah menggembala kambing milik orang Makkah dengan (upah) beberapa qirath." (HR. al-Bukhari). 

Ayo siapa yang mau menjadi penggembala-penggembala yang sukses dunia akhirat seperti para Nabi itu.   






KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Perkara-perkara Karena Sapi (Bagian I)

Penguasa yang Cerdas (Bagian II)

Sambas, Jum'at, 1 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN

Bukankah sudah datang pada manusia, suatu waktu dari (perjalanan) masa, yang  mereka itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (sebagai apa-apa) ? 

Sesungguhnya Kami telah mencipta manusia dari nuthfah (tetes mani) yang tercampur, kami akan mengujinya, karena itu kami jadikan dia bisa mendengar dan melihat.

Sungguh kami telah pun menunjukinya as-Sabil (jalan kebenaran yang lurus), (hasilnya) ada yang bersyukur, ada pula yang kufur.
(QS. al-Insan : 1-3)     

Inilah beberapa ayat pertama (kepala) surah al-Insan (yang berarti: surah manusia), yang sudah menjadi kebiasaan dari Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacanya di rakaat kedua dari shalat shubuh beliau di hari Jum'at.

Ya. Tentu setiap manusia pasti akan menemui suatu waktu dimana dia belum lah dapat disebut sebagai apa-apa. Maksudnya manusia itu asalnya adalah makhluk yang lemah belaka.

Dari penciptaannya saja, setiap manusia kecuali ayah dan ibu manusia -Adam dan Hawwa'-, serta Isa -alaihimussalam-; harus lah melewati fase percampuran dua nuthfah (dua tetes mani) yang diistilahkan orang sekarang sebagai sperma dan ovum, yang keduanya adalah sel yang bentuknya sangat berukuran kecil/mikro belaka.

Setelah terlahir ke dunia, kelemahan manusia ini kemudian diisi dengan dua hal yang membuat dia kuat, membuat dia berdaya, yaitu pendengaran dan penglihatan. Keduanya ini adalah indera yang membuatnya bisa berinteraksi dengan lingkungan, menangkap stimulus/rangsangan dari segala apa yang ada di bumi ini, dan selanjutnya dia cerna dan dia beri umpan balik kepada lingkungannya.

Fase demi fase pun dilewati manusia dalam tumbuh-besarnya, dia pun sekarang sudah bisa membedakan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya. Sampai pada suatu masa -baligh artinya sampai-, ketika manusia itu diuji, siapa di kalangan mereka yang benar-benar terbaik amalnya.

Maka untuk mencapai derajat manusia yang terbaik amalnya itu, mereka amat butuh kepada as-Sabil -jalan yang lurus-lempang- sebagai petunjuk dan bimbingan dari Rabb-nya. Isinya adalah perintah dan larangan. Kemudian Allah pun tunjuki dia, tuntun dia kepada as-Sabil itu, dengan diturunkannya ad-Din -agama- lewat para utusan-utusan-Nya. 

Atas hal ini, akhirnya manusia pun akan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu mereka yang menerima as-Sabil -agama yang dibawa para Rasul-, merekalah yang diistilahkan dengan manusia yang bersyukur, yakni dengan cara beriman -percaya dan yakin- dengan apa yang dibawa para rasul itu. Kemudian kelompok kedua, yaitu mereka tidak menerima as-Sabil dengan cara tidak beriman dengan agama yang dibawa para Rasul, mereka lah yang diistilahkan sebagai manusia yang kufr, manusia yang ingkar, manusia yang melawan, manusia yang menantang Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kelompok manusia yang pertama, itulah yang tergolong sebagai manusia-manusia cerdas dan mencapai derajat manusia terbaik. Suatu kelompok manusia yang sangat paham akan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Manusia yang paham bahwa dia sangat butuh kepada agama sebagai hidayah dan bimbingan dari Rabb-nya. 

Sebaliknya kelompok kedua, tergolong sebagai manusia-manusia yang tidak cerdas dan sama sekali tidak mencapai predikat manusia terbaik. Suatu kelompok manusia yang akan hanya melihat kekuatan yang ada pada dirinya sendiri, lalu berbangga dengannya, dan dia lupa akan kelemahan dirinya dahulu. Manusia yang merasa cukup dan kaya -tidak butuh- dengan agama Rabb-nya.

Semoga kita semua dijadikan oleh Allah sebagai orang-orang yang menerima as-Sabil, dan digolongkan sebagai manusia-manusia yang cerdas.


KLIK DI SINI UNTUK BACA SELENGKAPNYA- Penguasa yang Cerdas (Bagian II)