Penguasa yang Cerdas (Bagian II)

Sambas, Jum'at, 1 Februari 2013
by SAMBAS INDEPENDEN

Bukankah sudah datang pada manusia, suatu waktu dari (perjalanan) masa, yang  mereka itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (sebagai apa-apa) ? 

Sesungguhnya Kami telah mencipta manusia dari nuthfah (tetes mani) yang tercampur, kami akan mengujinya, karena itu kami jadikan dia bisa mendengar dan melihat.

Sungguh kami telah pun menunjukinya as-Sabil (jalan kebenaran yang lurus), (hasilnya) ada yang bersyukur, ada pula yang kufur.
(QS. al-Insan : 1-3)     

Inilah beberapa ayat pertama (kepala) surah al-Insan (yang berarti: surah manusia), yang sudah menjadi kebiasaan dari Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacanya di rakaat kedua dari shalat shubuh beliau di hari Jum'at.

Ya. Tentu setiap manusia pasti akan menemui suatu waktu dimana dia belum lah dapat disebut sebagai apa-apa. Maksudnya manusia itu asalnya adalah makhluk yang lemah belaka.

Dari penciptaannya saja, setiap manusia kecuali ayah dan ibu manusia -Adam dan Hawwa'-, serta Isa -alaihimussalam-; harus lah melewati fase percampuran dua nuthfah (dua tetes mani) yang diistilahkan orang sekarang sebagai sperma dan ovum, yang keduanya adalah sel yang bentuknya sangat berukuran kecil/mikro belaka.

Setelah terlahir ke dunia, kelemahan manusia ini kemudian diisi dengan dua hal yang membuat dia kuat, membuat dia berdaya, yaitu pendengaran dan penglihatan. Keduanya ini adalah indera yang membuatnya bisa berinteraksi dengan lingkungan, menangkap stimulus/rangsangan dari segala apa yang ada di bumi ini, dan selanjutnya dia cerna dan dia beri umpan balik kepada lingkungannya.

Fase demi fase pun dilewati manusia dalam tumbuh-besarnya, dia pun sekarang sudah bisa membedakan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya. Sampai pada suatu masa -baligh artinya sampai-, ketika manusia itu diuji, siapa di kalangan mereka yang benar-benar terbaik amalnya.

Maka untuk mencapai derajat manusia yang terbaik amalnya itu, mereka amat butuh kepada as-Sabil -jalan yang lurus-lempang- sebagai petunjuk dan bimbingan dari Rabb-nya. Isinya adalah perintah dan larangan. Kemudian Allah pun tunjuki dia, tuntun dia kepada as-Sabil itu, dengan diturunkannya ad-Din -agama- lewat para utusan-utusan-Nya. 

Atas hal ini, akhirnya manusia pun akan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu mereka yang menerima as-Sabil -agama yang dibawa para Rasul-, merekalah yang diistilahkan dengan manusia yang bersyukur, yakni dengan cara beriman -percaya dan yakin- dengan apa yang dibawa para rasul itu. Kemudian kelompok kedua, yaitu mereka tidak menerima as-Sabil dengan cara tidak beriman dengan agama yang dibawa para Rasul, mereka lah yang diistilahkan sebagai manusia yang kufr, manusia yang ingkar, manusia yang melawan, manusia yang menantang Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kelompok manusia yang pertama, itulah yang tergolong sebagai manusia-manusia cerdas dan mencapai derajat manusia terbaik. Suatu kelompok manusia yang sangat paham akan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Manusia yang paham bahwa dia sangat butuh kepada agama sebagai hidayah dan bimbingan dari Rabb-nya. 

Sebaliknya kelompok kedua, tergolong sebagai manusia-manusia yang tidak cerdas dan sama sekali tidak mencapai predikat manusia terbaik. Suatu kelompok manusia yang akan hanya melihat kekuatan yang ada pada dirinya sendiri, lalu berbangga dengannya, dan dia lupa akan kelemahan dirinya dahulu. Manusia yang merasa cukup dan kaya -tidak butuh- dengan agama Rabb-nya.

Semoga kita semua dijadikan oleh Allah sebagai orang-orang yang menerima as-Sabil, dan digolongkan sebagai manusia-manusia yang cerdas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar